Sabtu, 12 Mei 2018

BAB VIII Wakalah dan Sulhu


WAKALAH dan SULHU
A.    Wakalah
1.      Pengertian Wakalah
Wakalah menurut bahasa artinya mewakilkan, sedangkan menurut istilah yaitu mewakilkan atau menyerahkan pekerjaan kepada orang lain agar bertindak atas nama orang yang mewakilkan selama batas waktu yang ditentukan.
2.      Hukum Wakalah
Asal hukum wakalah adalah mubah, tetapi bisa menjadi haram bila yang dikuasakan itu adalah pekerja yang haram atau dilarang oleh agama dan menjadi wajib kalau terpaksa harus mewakilkan dalam pekerjaan yang dibolehkan oleh agama. Allah SWT. Berfirman:
فَابْعَثُوْاأَحَدَكُمْ بِوَرِقِكُمْ هَذِِهِ إِلَىالْمَدِيْنَةٍ
”Maka suruhlah salah seorang diantara kamu ke kota dengan membawa uang perakmu ini” (Q.S Al-Kahfi: 19) Ayat tersebut menunjukkan kebolehan mewakilkan sesuatu pekerjaan kepadaorang lain Rasulullah SAW. Bersabda “Dari Abu Hurairah ra.berkata : “Telah mewakilkan Nabi SAW kepadaku untuk memelihara zakat fitrah dan beliau telah memberi Uqbah bin Amr seekor kambing agar dibagikan kepada sahabat beliau” (HR.Bukhari).
Kebolehan mewakilkan ini pada umumnya dalam masalah muamalah. Misalnya mewakilkan jual beli, menggadaikan barang, memberi shadaqah / hadiah dan lain-lain. Sedangkan dalam bidang ‘Ubudiyah ada yang boleh dan ada yang dilarang. Yang boleh misalnya mewakilkan haji bagi orang yang sudah meninggal atau tidak mampu secara fisik, mewakilkan memberi zakat, menyembelih hewan kurban dan sebagainya. Sedangkan yang tidak boleh adalah mewakilkan Shalat dan Puasa serta yang berkaitan dengan itu seperti wudhu.
3.      Rukun dan Syarat Wakalah
a.       Orang yang mewakilkan atau memberi kuasa, syaratnya: Ia mempunya wewenang terhadap urusan tersebut.
b.      Orang yang mewakilkan atau yang diberi kuasa, syaratnya: baligh dan berakal sehat.
c.       Masalah atau urusan yang dikuasakan: syaratnya jelas dan dapat dikuasakan.
d.      Akad (ijab kabul). Syaratnya dapat dipahami oleh orang yang diberi kuasa
4.      Syarat Pekerjaan yang dapat diwakilkan
1. Pekerjaan tersebut diperbolehkan agama.
2. Pekerjaan tersebut milik pemberi kuasa.
3. Pekerjaan tersebut dipahami oleh orang yang diberi kuasa.

5.      Habisnya Akad Wakalah
a. Salah satu pihak meninggal dunia
b. Jika salah satu pihak menjadi gila
c. Pemutusan dilakukan orang yang mewakilkan dan diketahui oleh orang yang diberi wewenang
d. Pemberi kuasa keluar dari status kepemilikannya.
6.      Hikmah Wakalah
a. Dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan cepat sebab tidak semua orang mempunyai kemampuan dapat menyelesaikan pekerjaan tertentu dengan sebaik-baiknya. Misalnya tidak setiap orang yang qurban hewan dapat menyembelih hewan qurbannya, tidak semua orang dapat belanja sendiri dan lain-lain.
b. Saling tolong menolong diantara sesama manusia. Sebab semua manusia membutuhkan orang lain
c. Timbulnya saling percaya mempercayai diantara sesama manusia. Memberikan kuasa pada orang lain merupakan bukti adanya kepercayaan pada pihak lain.

B.     Sulhu
1.      Pengertian Sulhu
Sulhu menurut bahasa artinya damai, sedangkan menurut istilah yaitu perjanjian perdamaian diantara dua pihak yang berselisih. Sulhu dapat juga diartikan perjanjian untuk menghilangkan dendam, persengketaan atau permusuhan (memperbaiki hubungan kembali).
As – sulhu menurut bahasa arab bermakna memutus pertengkaran, perselisihan, atau perdamaian. Sulhu menurut Hasbi Ash – Shiddiqie dalam bukunya Pengantar Fiqh Muammalah adalah:
عقد يتقق فيه المتنازعان في حق على ما يرتفع به النزاع
Artinya:
‘’Akad yang disepakati dua orang yang bertengkar dalam hak untuk melaksanakan sesuatu dengan akad itu bisa dapat hilang perselisihan.”
Berdasarkan pengertian diatas, dapat kita pahami bahwa sulhu adalah akad yang bertujuan untuk mengakhiri perselisihan atau persengketaan. Contohnya, penunduh mengklaim mempunyai hak terhadap tertuduh dan tertuduh mengakuinya tidak kenal dengannya. Kemudian, penuduh berdamai dengan tertuduh dengan sebagian dari haknya pada tertuduh untuk mengjindari perselisihan. Adapun sumpah diharuskan terjadi penolakan dari salah satu pihak.
2.      Hukum Sulhu
Hukum sulhu atau perdamaian adalah wajib, sesuai dengan ketentuan-ketentuan atau perintah Allah SWT, didalam Al-Qur’an :
وان طائفتن من المؤنين اقتتلوا فاصلحوا بينهما….الحجرات: ٩
Artinya: “Dan apabila dua golongan orang mukmin berperang, maka damaikanlah antara keduanya..’’. (QS. Al Hujurat: 9)
وَالصُّلْحُ خَيْرٌ
“Perdamaian itu amat baik” (QS. An Nisa’ : 128).
3.      Rukun dan Syarat Sulhu
a. Mereka yang sepakat damai adalah orang-orang yang sah melakukan hukum.
b. Tidak ada paksaan.
c. Masalah-masalah yang didamaikan tidak bertentangan dengan prinsip Islam.
d. Jika dipandang perlu, dapat menghadirkan pihak ketiga. Seperti yang disintir dalam Al-Qur’an An Nisa’ : 35.
4.      Macam-macam Sulhu
Dari segi orang yang berdamai, sulhu macamnya sebagai berikut :
a. Perdamaian antar sesama muslim
b. Perdamaian antar sesama muslim dengan non muslim
c. Perdamaian antar sesama Imam dengan kaum bughat (Pemberontak yang tidak mau tunduk kepada imam).
d. Perdamaian antara suami istri.
e. Perdamaian dalam urusan muamalah dan lain-lain.
5.      Hikmah Sulhu
a. Dapat menyelesaikan perselisihan dengan sebaik-baiknya. Bila mungkin tanpa campur tangan pihak lain.
b. Dapat meningkatkan rasa ukhuwah / persaudaraan sesama manusia.
c. Dapat menghilangkan rasa dendam, angkara murka dan perselisihan diantara sesama.
d. Menjunjung tinggi derajat dan martabat manusia untuk mewujudkan keadilan.

1 komentar:

  1. Assalamu'alaykum. Bu saya (akhmad syaiful ulum ) saya bertanya ttg muamalah dalam perihal wakalah..apakah boleh pihak yg diwakilkan menaikkan harga dari barang yg harganya sudah ditetapkan ...

    BalasHapus